Monday, October 8, 2007

Fotoku,lo!

Virus TukulNdeso!

Kati lagi diwawancara sama wartawan dari majalah komputer. Wah, senangnya hati Kati. Kati mau ditanyai sama si wartawan itu soal virus TukulNdeso ini! Ini dia wawancara eksklusifnya.

W: Virus TukulNdeso ! Menurut namanya kalian pasti tahu yang buat virus komputer ini siapa. Ya, pasti Tukul,kan. Virus ini sengaja dibikin Tukul biar dia tambah ngetop. Cuma pake program Notepad aja virus ini bisa hadir diantara virus-virus lain yang ada di seluruh dunia.Virus ini adalah virus komputer yang cukup berbahaya. Bagaimana gejala komputer yang kena virus TukulNdeso ini? Kati akan bercerita buat kamu. Selamat pagi, Dik Kati! Boleh saya mewawancarai adik?

K: Pagi! Boleh,Kak!

W: Pernah mengalami suatu komputer kena Virus TukulNdeso ini? Apa komputermu kena virus ini?

K: Enggak,Kak. Tapi komputer teman saya,Tika...

W: Lantas,bagaimana gejala komputer temanmu itu?

K; Gini ceritanya, aku kan mau belajar bareng-bareng Tika. Abis belajar, aku sama Tika mau cari informasi buat tugas Sejarah di Internet. Terus pas kita nyalain komputernya tulisannya setelah ada logo Windows, selamat datang di komputer tukul. Aku buka internet explorer eh namanya malah ganti jadi TukulNdeso, terus isinya ganti lagi. Nakalnya lagi virus TukulNdeso ini merusak file system komputernya Tika. Dan file gambarnya Tika yang tipenya JPG namanya berganti jadi JULIA PEREZ_ NUDE, tukul_lagi bugil, kembali ke_ laptop ,dan sebagainya. Terus virus TukulNdeso ini me- replace kata-kata seperti Anda menjadi elo, saya jadi gue dan lain-lain. Nakal banget deh!

W: Terus gimana cara memberantas tuh virus?

K: Ya, kita bawa komputernya Tika ke tukang servis komputer. Terus program antivirusnya diganti. Virus itu berhasil juga diberantas.

W: Makasih yaa, Dik Kati!

K: Sama-sama ,Kak!

Persahabatan

Apabila kita pergi ke luar kota atau ke luar negeri, kita harus mendapatkan sekiranya seorang teman saja ; karena teman adalah buah tangan paling indah dan mahal di seluruh dunia. Teman adalah suatu ‘barang’ yang langka dan sulit dicari. Sedangkan musuh adalah sebaliknya.

Persahabatan sangat terlihat akrab pada saat kita memberi salam dan tersenyum satu sama lain. Karena setiap orang berbeda, maka persahabatan tidak harus saling membuat kesamaan penampilan dan sifat (copycat) Persahabatan harus bisa mengenal sisi positif dan negatif setiap orang yang terlibat, supaya bisa saling melengkapi satu sama lain.

Dalam persahabatan harus ada semangat cinta dan persatuan. Sahabat harus bekerjasama agar masalah-masalah dari yang masalah jenis sepele misalnya: tas hilang, atau pertengkaran kecil sampai masalah besar, seperti diputuskan hubungan oleh pacar atau orangtua mau cerai bisa terpecahkan.

Sahabat harus bisa berbagi cerita, pengalaman dan pengetahuan. Sahabat harus setia, karena sahabat bisa bertahan selama-lamanya, dari awal (kecil) sampai akhir (tua lalu meninggal). Jarak tidak pernah memisahkan persahabatan, perbedaan antar individu tidak bisa membuat perpecahan. Perbedaan tidak mengenal ikatan persahabatan.

Kalau mau lebih tahu baca saja cerpen ‘Mendadak Sahabatan’ di blog ini. Di situ ada tokoh Alberto dan Hamid yang saling bersinggungan dilihat dari sisi manapun juga. Alberto dilukiskan sebagai remaja yang tegar dalam menghadapi setiap masalah hidupnya, beriman kuat (setiakawan) dan memiliki karakter kuat. Mungkin karena lingkungan asalnya baik, jadi otomatis dia berkarakter baik. Hamid punya sedikit karakter jelek. Makanya Hamid mengira Dith yang sebaik Alberto lebih cocok bersahabat dengan Alberto. Tetapi setelah mereka ngobrol, mereka bisa bersahabat.

Sahabat bisa ada banyak dan mungkin bisa sampai sejuta orang (gak nyampe!). Baca saja cerpen ‘Membuat EGP’, bercerita tentang perjuangan empat orang untuk cari teman baru. Penjelasannya,bisa kamu tulis di comment.

Wednesday, September 12, 2007

Cerita Misteri

Bulan Maret yang lalu, Reyhan ada di sebuah kota antah berantah (karena Reyhan sendiri tidak tahu nama kotanya apa), dia mencari di buku panduan wisata lama dan memutuskan untuk mengunjungi rumah tua yang kosong yang diberi nama “Rumah Hantu”, rumah dari sekitar sepuluh tahun yang lalu
Apa benar ada hantunya? pikirnya. Begini ceritanya...

Waktu itu aku ada di kota antah berantah. Aku sampai di rumah pada malam hari dan aku memarkir sepeda, aku lihat tidak ada kendaraan lain di parkiran, tapi kan, menurutku itu gak aneh sama sekali, soalnya musim liburan sudah mau habis. Pas aku mau masuk ke dalam pintunya tiba-tiba kebuka sendiri, terus ada anak perempuan yang tiba-tiba muncul. Usianya kira-kira dua tahun lebih muda dariku. Jangan-jangan beneran ada hantunya!

“Selamat datang di rumahku” kata gadis itu ramah.
“Saya Lunna Edria, sini kutunjukkan rumahku” Lalu dia menunjukkan rumahnya dan menjelaskan sejarahnya. Pada saat kita lagi jalan-jalan, aku memotret gadis itu di depan pintu. “Ini, ambil saja! Ada hadiah buat kamu.” Saya langsung penasaran, tak sabar ingin membukanya. Ternyata isinya gambar rumah itu. Lalu gadis itu menghilang ke dalam rumah. Ini aneh sekali!

Malamnya aku kembali ke villa,
“Han, senang gak hari ini?” tanya Edsel, teman sekamarku
“Yaa iya, laah! Aku baru berkunjung ke rumah hantu”
“Hah! Rumah hantu? Kamu lihat hantunya?” tanya Edsel penasaran.
“Enggak, tuh yang aku lihat cuma anak perempuan aja” kataku
“Kamu percaya gak?” tanya Edsel lagi.
“Apa?”
“Kalau cewek yang tadi kamu temuin itu hantu”
“TIDAK MUNGKIN! AAARGH!!” teriakku

Pada saat aku melihat foto, ternyata foto Lunna yang aku ambil, itu hanya terlihat pintunya saja. Berarti ini.... BENAR-BENAR RUMAH HANTU!!!
Aaargh!

Saturday, September 8, 2007

JOKE

Time 2 JOKE! :)

Ada dua orang ngobrol, trus tiba-tiba jadi salah paham
Dianissa: Hah! Makan balut?
Richelle: Iya!
Dianissa: Apa orang sana udah gila, makan pembalut luka?
Richelle: BUKAN!
Dianissa: Setahu saya orang sana makan belut!
Richelle: Balut itu telur!
Dianissa: Oh! Kukira....

Pada suatu saat yang lain...
Richelle : Sandal ilang....
Dianissa : Sandal siapa yang ilang?
Richelle : Maksudnya tunggu bentar...

Paul bertanya kepada Edsel, kenapa pohon kelapa depan gedung harus ditebang...
Paul : Ed, lo tahu gak kenapa pohon kelapa harus ditebang?
Edsel: Ya ,iya laah kalo dicabut siapa yang kuat?

Febby dan Dewi sedang dalam perjalanan ke Bandung naik mobil
Febby : Kalau mobil ke Bandung ban-nya ilang,trus tinggal apa?
Dewi : Tinggal dung-nya dong! Kan ban-nya udah ilang,bukan?

cerpen

Mendadak Sahabatan

Wah! Pakaian yang saat ini kupakai pantas sekali! Cocok dengan kewarganegaraan dan perawakanku. Kemeja hijau kebiruan (turquoise) dipadu dengan jins. Kugendong ransel hitamku. Kalau pakai sepatu hitam kelihatannya bagus! Siap berangkat! Tapi aku duduk termenung di teras,ditemani secangkir teh tarik. Teh tarik... teh yang kalau diminum kita serasa ketarik-tarik,eh bercanda!

Aku teringat pada waktu dulu. Dulu aku pernah berantem dengan Alberto untuk memilih pasangan saat ada permainan.
”Kamu sama Kartika aja!” seruku
”Enggak,aku udah sama Siriporn”
” Tukeran!”seruku
”Enggak!” seru Alberto
Begitu aja terus sampai akhirnya didamaikan oleh Tan. Dulu aku emang suka berantem sama Alberto. Tapi sekarang,sejak ASEAN dibentuk,kita udah bisa temenan. Tapi sayang, liku-liku yang dulu telah mengganggu kita berdua. Kita akrab. Hah? AKRAB? Homo,dong!
Sebenernya gak pernah akrab sih! Tapi sekarang jujur kuakui,deh! Biarpun Alberto penyakitan, kurus, muka biasa aja, tapi dia baik, suka nolong,setiakawan,dan lain-lain.Pendeknya dia baik,titik! Aku inget lagi sama Dith yang sebaik Alberto, dia itu cocok sahabatan sama Alberto. Aku? Aku termasuk golongan anak iseng dan nakal.

Menurutku dengan mukanya yang biasa aja (gak bermaksud bilang jelek), badannya yang kurus (bukan kurus kering), udah gitu dia penyakitan (rahasia Alberto udah aku bocorin), dan kalau manggil
orang kenceng banget ( udah biasa demonstrasi,kali ya!)gak ada yang mau temenan sama dia.

Eh! Tunggu dulu! Kalau aku berpikir seperti itu, berarti aku melanggar perjanjian nomor satu! Aku harus bisa ngobrol sama dia. Aku ketiduran di teras dan gak nyadar kalau Alberto datang dan membangunkanku.
”Ham! Kok tidur? Mimpiin siapa,nih?” suara Alberto mengagetkanku.
Aku diam saja,cuek bebek. Aku berpura-pura seperti orang tuli.
” Woi! Ada apa di belakang kamu?” seru Alberto lagi. Aku menengok ke arah belakang.DEG! Jantungku berdegup kencang.
” Aduh! Kamu ngagetin aku aja,deh! Beto,sebenarnya kamu mau bilang apa sih?” seruku
”Aduh! Hamid,ya! Udah jutaan kali dibilangin, jangan panggil Beto!” serunya.

Alberto kalau di tempat lamanya (Filipina) panggilnya Alberto sama teman-temannya. Tapi di sini, nama Alberto seakan udah dibuang ke tong sampah! Diganti nama panggilan Berto. Kok bukan ’Al’,sih? Soalnya banyak yang bernama dengan awalan ’Al’ di sekolah ini, misalnya Ali, Alberto, Alin, Aloy, Alan, Aliet BANYAK,deh! Biarpun begitu, masih banyak yang memanggilnya ’Al’ atau ’Alberto’.

Seakan gak mau dengerin, aku tetap saja memanggilnya Beto. Kata Kartika,kayak orang cadel aja! Aku sendiri gak tahu kenapa aku panggil Alberto dengan nama Beto. Dan aku gak tahu apa arti Beto. Balik lagi ke cerita tadi!
” Aku mau ngomong gini,kamu tahu kan rahasiaku?” tanya Alberto
Aku dan Alberto liat-liatan. Lagi main tebak-tebakan dengan hati.
” Ya! Namanya juga rahasia,jadi cuma kamu aja yang tahu!” kataku
” Tapi kamu tahu,kan kalau aku ini emang mengidap penyakit! Kamu liat aja pake mata kepala kamu sendiri...badanku kurus,mukaku agak pucet,aku keliatan capek,aku sering pingsan...”
”Stop,deh! Aku udah tahu!” seruku
”Aku khawatir,Mid! Soalnya aku takut....” serunya
” Apa? Hantu?” tebakku
” Aku mimpi kamu semalem! Buruk banget!” serunya
” Gimana,Beto eh Alberto? Ceritain... ayo dong!” pintaku dengan muka memelas
”Iya aku bakal cerita...ada orang baru di kelompok kita, Mid! Cowok anaknya, mukanya mirip-mirip orang Vietnam atau Kamboja, gitu! Awalnya itu dia manis, sama gak berbahayanya sama permen coklat. Suatu malem, pas di markas aku sakit dan tiduran di lantai. Pas aku bangun,aku nekat bangun malem-malem. Aku mergokin dia lagi makan. Dia tawarin,aku mau. Terus aku bilang, kalau kamu aku ajakin makan juga. Katanya gak perlu dipanggil,soalnya udah jadi menu makan malemnya.Dia nunjuk panci yang isinya potongan-potongan badan Hamid yang di- stew. Ya ,Tuhan... Hamid stew!!!” ceritanya panjang lebar.
“Ini artinya apa?” tanyaku
“ Artinya aku harus jadi sahabat kamu, dan menjaga kamu selalu dari bahaya. Untung cuma mimpi, kalau kamu beneran di-stew,gimana?”
“ Iya,ya, jadi mulai sekarang kita sahabatan!” seruku sambil mengaitkan kelingking tangan kanan masing-masing. Akhirnya kami sahabatan dan siap melewati perjalanan panjang menuju masa depan yang cerah.-MAL-

Membuat E.G.P

Yang ini panjang ceritanya! Sekalian proses penerimaan empat anggota baru. Hari ini pakai baju bebas, sekalian jaket kepanitiaan yang diberikan kepada kami kemarin pagi. Aku memakai jaket biru tua, Hamid memakai jaket hijau, dan Kartika memakai jaket putih. Kami menuju ruang rapat untuk rapat kepanitiaan. Setelah dilihat, kursi masih kosong semua, tak ada guru yang menjadi kepala panitia, yaitu Pak Nasrul.
“ Yang lain mana,ya...masak cuma kita bertiga,Al! Siriporn ke mana? Tan juga di mana?” seru Kartika.
“ Iya,nih kita udah nunggu!” timpal Hamid
“ Peace! Mendingan telepon mereka aja,pake HP kamu! Kartika, telepon Siriporn!” seruku
“ Iya,deh!” jawabnya. Ia mengeluarkan benda hitam itu dari tasnya yang biru. Terlihat gadis itu sibuk mencari nomor HP Siriporn. Ketemu! Tapi telepon itu tidak dijawab karena pulsanya ternyata habis!
“ Al, pinjem HP kamu dong! Pulsanya abis!” pintanya memelas
“ Iya,tapi aku telepon dia dulu,” kataku sambil menyerahkan benda berwarna setengah hitam setengah perak itu ke tangan gadis itu. Aku sibuk mencarinya dan meneleponnya.
” Halo,Siriporn ya! Ini Alberto,” sapaku memulai percakapan. telepon.
”Iya,ini saya! Ada apa, Al? Gak biasanya kamu nelepon ke aku!” kata suara gadis yang sangat kukenal
” Kartika mau ngomong sama kamu, tunggu bentar saya mau kasih HP-nya ke dia,nih!” kataku lalu menjatuhkan HP itu. HP itu terjatuh lepas dari tanganku. Benda itu meluncur dengan cepat seperti terbawa angin. Kartika buru-buru mengambilnya. Setelah diambil, lalu ia asyik bertelepon dengan Siriporn. Ditunggu lima menit... Siriporn sudah datang.
Wajahnya yang ceria, cocok dengan jaket kuning yang ia pakai. Karena panas, maka jaket itu ia lepas dan ia gantungkan di kursi.
”Halo!” sapanya pada kami semua.
”Halo! Kamu panitia EGP juga?” tanyaku
” Iya, baru tahu,Al?” tanyanya balik
” Aku baru tahu kamu anggota panitia EGP! Lantas, kenapa kemaren kamu gak dateng pas pertemuan pertama?” tanyaku
” Aku sedikit gak enak badan,sih!”
” Oh,kalau begitu rapatnya baru dimulai kalau paling tidak sepuluh orang di sini ada!” kataku
” Ya,udah ditungggu aja!” seru Kartika
“ Bosen! Kita nongkrong di sini sampai malam?”seru Hamid
“ Ya,enggak lah! Siapa bilang?” seru Kartika
“ Kita ngobrol aja,ya! Sambil makan keripik kentang!” usulku
“ Ah, jangan! Takut gemuk, kamu aja mentang-mentang badanmu kurus karena penyakitan!” seru Hamid
“ Eh! Jangan ngeledek!” timpal Kartika. Lalu kami ngobrol sampai ada delapan orang di ruangan (termasuk kita). Tiga dari empat orang lain itu rasanya asing di mata kami. Mata mereka yang rada-rada sipit (kecuali satu gadis yang rambutnya pendek, jelas-jelas Nazwa),memandang ke arah kami semua. Tiba-tiba Siriporn bertanya “ Kamu siapa? Kok muka kamu keliatannya kucel-kucel gitu!”
“ Mau tahu kenapa muka kita kucel-kucel gitu? Soalnya kita ada masalah, rasanya aku mau pingsan,deh!” kata gadis berambut panjang (kuntilanak,donk! Jangan-jangan Sadako muncul!)
“ Ayo kenalin aja! Namanya siapa?” seru Kartika
“ Takuut....” katanya
“ Gak usah takut! Gak bakal ada peluru nyasar!” hiburku. Akhirnya dia memperkenalkan dirinya. Namanya njelimet banget.
“ Kita harus panggil kamu apa?” tanya Hamid
“ Apa aja! Kalau mau nama yang manis, bisa dipanggil Cham,kok” katanya. Sepertinya dia baik. Ternyata kami sekali lagi salah menilai orang. Orang yang bermata rada-rada sipit belum tentu jahat,begitupun sebaliknya.
“Cowok yang badannya kecil itu siapa?” tanya Siriporn sambil menunjuk cowok yang ada di samping kanannya.
“Xin chao! “ sapa cowok itu tiba-tiba
“Sawatdeeka! “ balas Siriporn dalam bahasa Thai.Mereka kedengarannya menyapa dalam bahasa yang jelas-jelas gak nyambung! Emang!
“Kumusta ka na?” aku nyambungin lagi dalam bahasa Tagalog.
“ Stop,deh! Lama-lama kayak telepon gak nyambung!” seru Nazwa mendiamkan kami bertiga.
“K..kkamu orang Viii...etnam?”tanya Kartika tergagap
“Iya,tahu dari mana?” tanyanya
“ Dari salam yang kamu ucapin tadi! Kalau gak salah xin chao tadi bahasa Vietnam bukan? Nama kamu siapa?” tanyaku
“ Nama?” tanyanya bingung
“ Ah! Masak nama sendiri lupa!” timpal Kartika
“ Oh,iya. Kenalkan,namaku Dith Pran. Kamu cukup panggil aku Dith,” kata cowok tadi. Ia duduk sambil mengambil sedikit kerikil yang kebetulan ada di mangkok hiasan meja rapat yang panjang itu. Ia menumpahkannya lagi dari tangannya
“ Emangnya orang di tempat kamu suka melakukan hal itu?” tanya Siriporn
“ Tahu,deh!Ini bukan budaya khas Vietnam,tapi budaya khas orang lagi gak PD. Aku lagi gak PD,” katanya
“ Gak PD? Kenapa?”tanyaku
“Ya,amplop eh ya ampun Alberto! Kamu sendiri apa gak liat kalo badan aku ini kecil!” katanya.
“Udahlah,kamu emang diciptakan begini! Badanmu yang kecil juga menunjukkan ke-khasanmu sebagai penduduk asli. Kamu sebenarnya ganteng,lo! Tapi enggak kalo lagi stres!” kataku
“ Sekarang rapat dimulai!” kata Pak Nasrul yang baru datang. Semua bergegas duduk di kursi. Satu persatu anak diabsen. Ada enam orang yang tidak masuk rapat.
Tiba-tiba, Tan dan seorang gadis yang rambutnya diikat dibelakangnya masuk kelas.
“ Maaf, terlambat..” kata Tan
“ Terlambat? Kenapa?” tanya Pak Nasrul
“ Soalnya aku... kesiangan banget” katanya
“Udah! Lain kali jangan kesiangan lagi! DUDUK!” teriak Pak Nasrul
“ Iya!” kata Tan
Rapat pun dimulai...
“Emang ada anggota kepanitiaan baru,Pak?” tanya Kartika
“Iya,kita barusan rapat sama mereka berempat. Udah kenal mereka?” jawab Pak Nasrul
“ Baru dua orang,yang tinggi sama yang dikuncir belum kenalan” kata Kartika. Nadanya amat menyesal. Ia menunuk dua anak yang duduk di belakang.
“Perkenalkan diri anda! Yang di belakang!” seru Pak Nasrul. Dua anak itu maju juga. Gadis yang rambutnya diikat ternyata pemalu,lho! Serasa melihat makhluk aneh kalau melihat gadis itu. Beda dari kita-kita yang selalu ceria,percaya diri, semangat, dan lain-lain. Kalau dia,beda banget bak bunga ditengah daun-daun hijau.
“Nama saya Nop Phoung Malis,cukup panggil saya Nop” kata cowok yang setelah itu mengaku berasal dari Laos.
“Beneran,nih? Kamu benar-benar berasal dari sana?”tanya Hamid
“Ya,iya lah! Masak aku bohong,sih!” katanya. Mendengar percakapan itu semua anak tertawa.
“Nama saya Eithwe”kata si cewek malu-malu.
“Kamu berasal dari mana?”tanya Kartika.
“Hmm...”pikirnya
“Masak kampung halaman sendiri lupa?”tanyaku. Setelah kupaksa,ternyata ia berasal dari Myanmar alias Burma.
“Sekarang kita akan rapat komite! Alberto,kamu pimpin rapat!” seru Pak Nasrul.
“Baik,sekarang kita belum menentukan jenis drama kita.Kita mau drama apa?”tanyaku
“Horor aja!”usul Siriporn
“Ah! Takuut... mendingan perang,yang seru gitu!”usul Dith
“Mendingan action!” usul Tan
“Halah! Komedi aja,deh! Yang lucu!” usul Kartika
“Kalau ketawa bukannya bikin sakit perut? Tragedi aja,biar yang nonton nangis sepuasnya”usul Hamid.
“Ya udah,semua anggota kepanitiaan voting,ya!” kataku
“Siapa setuju horor?”tanyaku. Tidak ada yang menjawab.
“Perang?” tanyaku lagi. Lima anggota kepanitiaan tunjuk tangan.
“Action?”tanyaku lagi. Dua anggota tunjuk tangan.
“Komedi?”tanyaku lagi. Hampir semua anggota tunjuk tangan.
“Tragedi?” tanyaku sekali lagi. Tak ada yang tunjuk tangan.
“Sekarang,sudah ditentukan,ya KOMEDI!” kataku. Kita lokasinya di taman perumahan. Oke?”tanyaku
“Oke! Ikuti aku,ya!”himbau Kartika.
“Hei! Jangan cepat-cepat! Tunggu aku!” Siriporn yang paling belakang ,berteriak-teriak.
Sesampai di taman...
“Ah! Ini lebih cocok dijadikan setting nya film horor.” kata Siriporn.
“Kok?”tanya Kartika penasaran.
“Tempatnya gelap banget,sih! Nanti ketemu hantu,lagi!”seru Siriporn.
“Tapi kalau malam! Kamu jadi anak cewek percaya banget,sih sama hantu!”sindir Kartika
“Ya,sudah! Sekarang syuting dimulai!” seru Hamid sambil memegang handycam -nya.
Kami menjalankan syuting ini sebaik mungkin. Bagus banget hasilnya! Dapet teman baru lagi! –PH-








Friday, September 7, 2007

PUISI

Sahabat di Dua Musim

Persahabatan yang indah,
Dapat terukir sepanjang tahun
Sebagai memori yang berharga
Bagi mereka

Saat matahari memancarkan sinarnya
Yang paling terang dan kuat
Kala sungai kering
Pohon-pohon menggugurkan daunnya
Mereka berlindung dari matahari
Yang menyengat tubuh mereka
Mereka tetap bersama

Di kala awan menutupi matahari
Mereka bertemu di tempat yang sama
Dan bermain-main seperti biasa
Sungguh sejuknya udara ini
Untuk bermain...
Tertawa....
Bercanda...
Dan berbahagia

Diwaktu hujan membasahi tanah
Udara mulai mendingin
Mereka tidak peduli itu
Mereka tetap berpayung melintas hujan
Yang turun semakin deras
Mereka berlari senang
Penuh rasa kasih sayang.

Disaat hujan berhenti...
Mereka melihat lengkungan besar
Yang berwarna-warni


Itulah PELANGI
Mereka menyebutnya pelangi cinta
Dan kasih sayang antara mereka berdua
Itulah yang dikatakan persahabatan

Jauh Darimu

Semalam aku bermimpi
Bertemu denganmu
Yang kutunggu-tunggu sejak dulu
Karena ku t’lah jauh darimu

Ingin rasaku memutar waktu
Membuat mimpiku jadi nyata
Tapi ku tak bisa
Mengetahui siapa dirimu

Aku mencari dirimu
Ternyata kamu sedang bersama
Dengan orang lain
Yang jelas tak sepertiku

Kutanya dirimu
Dapatkah kau melihat
Perbedaan antara aku,kau dan dia
Lebih baik kita jadi teman saja

Tetapi kau hanya menginginkan
Dirinya,bukan diriku
Hatiku pilu mendengarnya

Jauh darimu...
Membuatku hidupku tenang
Aku akan melayang
Sampai ke ujung dunia
‘tuk cari teman
Yang lebih baik darimu
Karena di dunia ini
Masih banyak orang lain
Yang bisa jadi temanku

Selamat Tinggal

Telah lama kita bersama
Suka duka kita jalani
Bahagianya kami semua

Terima kasih kami ucapkan
Atas bimbingan kalian semua
Yang sangat berguna bagi kami
Sebentar lagi kami ...
Akan menggantikan tempat kalian

Mengapa kita harus berpisah...
Apakah semua ini sudah berakhir
Kami harus bagaimana lagi

Selamat tinggal semua
Kami lambaikan tangan untukmu
Air mata keluar dari mata kami

Pesan kami...
Jaga diri baik-baik...
Raih bintang tanpa menyerah
Dan jangan lupakan kami semua
Simpanlah kami di dalam hatimu

Kami ucapkan...
Selamat tinggal....
Tetaplah doakan kami
Dan ingatlah kami
Seumur hidupmu
Kita pasti akan bertemu lagi
Kembali lagi seperti yang dulu.





Keberatan

Aku sungguh keberatan
Meninggalkan rumahku yang tercinta
Dengan langkah gontai

Selamat tinggal Ayah,Ibu
semua sanak saudaraku,
Kawan-kawanku yang kucinta
Selamat tinggal pohon-pohon,
Gedung-gedung, burung-burung
Ikan-ikan, rumah-rumah,
Selamat tinggal rumahku

Air mata mengucur dipipiku
Bagai sungai kecil yang mengalir deras
Didalam pelukan kalian
Aku keberatan untuk meninggalkan
Kalian yang kusayangi...
Kuhormati....
Kucintai.....

Sekarang kuakan pergi ke luar
Karena dunia ini...
Tidak berhenti sampai di sini
Tetapi aku takkan pernah bisa
Melupakan rumahku ini
Yang nyaman ,aman
Damai, makmur, sentosa

Di jendela kulambaikan tangan
Masih dengan penuh airmata
Dan jantung berdetak-detak.
Aku takkan membuat kalian kecewa
Selamat tinggal rumahku




Untuk Sahabat Kecil

Dari kecil sampai dewasa...
Kita sudah lama berhubungan baik
Tetapi kau tidak mau tahu
Kalau aku adalah mutiara
Yang sangat berharga bagimu

Kita sudah berjanji...
Tak’kan membuat masalah lagi
Tetapi kau lupakan janji itu
Kau malah menyiksa kawanku
Merebut apa yang jadi milikku

Sahabat kecil...
Apakah kita akan berpisah?
Kawan-kawan yang lain meminta
Agar kita berpisah saja
Biar kau pergi ke seberang...
Dan aku masih di sini

Kita sudah berkumpul...
Berunding...berembuk
Membuat janji....
Itu semua kami lakukan untukmu
Dengan segenap perjuangan.

Sahabat kecil...
Apa yang terjadi denganmu?
Kenapa kamu tidak hargai aku?
Aku sudah menghargaimu.
Tapi apakah balasmu...

Sadarkah kalau kita sederajat?
Sadarkah kalau kita satu kawasan?
Sadarkah kalau kita semua sama?

Maafkanlah diriku, sahabat...
Karena aku bukan lagi yang dulu
Kuharap kau juga meminta maaf
Atas segala kesalahan yang kau buat

Cinta Damai

Lihatlah, pasangan-pasangan itu!
Mereka melangkah beriring-iring
Menuju tujuan yang sama
Mereka membawa bendera
dan dikibarkan sepanjang jalan

Tangan sang pemimpin
Memegang selembar kain
dan tertulis jelas di atasnya
Kami ingin perdamaian

Aku ingin menjadi bagian...
Tetapi aku harus tetap di sini
Sendiri, tiada kawan
Aku merasa terpenjarakan
Di rumah yang besar ini

Aku memang bisa mengabulkan
Permohonan mereka semua
Aku bukanlah seorang peri
Tetapi aku hanyalah manusia
Yang ada batasnya

Aku pasti bisa mengabulkannya
Bersama kawan-kawanku...
Ketika aku telah bebas
Aku katakan aku bisaKarena aku cinta damai



Kehilangan


Angin meniupkan daun-daun
Lalu berguguran satu persatu
Angin mengibaskan rambutku
dan pakaianku.

Air mata mengalir...
Tetapi dikeringkan angin
Begitu pula dengan mereka
yang hilang satu persatu

Biarpun mereka menghilang
Tetapi aku bisa menjadi mereka
Seperti mereka
Aku akan berjuang hanya
Untuk mereka.