Saturday, September 8, 2007

cerpen

Mendadak Sahabatan

Wah! Pakaian yang saat ini kupakai pantas sekali! Cocok dengan kewarganegaraan dan perawakanku. Kemeja hijau kebiruan (turquoise) dipadu dengan jins. Kugendong ransel hitamku. Kalau pakai sepatu hitam kelihatannya bagus! Siap berangkat! Tapi aku duduk termenung di teras,ditemani secangkir teh tarik. Teh tarik... teh yang kalau diminum kita serasa ketarik-tarik,eh bercanda!

Aku teringat pada waktu dulu. Dulu aku pernah berantem dengan Alberto untuk memilih pasangan saat ada permainan.
”Kamu sama Kartika aja!” seruku
”Enggak,aku udah sama Siriporn”
” Tukeran!”seruku
”Enggak!” seru Alberto
Begitu aja terus sampai akhirnya didamaikan oleh Tan. Dulu aku emang suka berantem sama Alberto. Tapi sekarang,sejak ASEAN dibentuk,kita udah bisa temenan. Tapi sayang, liku-liku yang dulu telah mengganggu kita berdua. Kita akrab. Hah? AKRAB? Homo,dong!
Sebenernya gak pernah akrab sih! Tapi sekarang jujur kuakui,deh! Biarpun Alberto penyakitan, kurus, muka biasa aja, tapi dia baik, suka nolong,setiakawan,dan lain-lain.Pendeknya dia baik,titik! Aku inget lagi sama Dith yang sebaik Alberto, dia itu cocok sahabatan sama Alberto. Aku? Aku termasuk golongan anak iseng dan nakal.

Menurutku dengan mukanya yang biasa aja (gak bermaksud bilang jelek), badannya yang kurus (bukan kurus kering), udah gitu dia penyakitan (rahasia Alberto udah aku bocorin), dan kalau manggil
orang kenceng banget ( udah biasa demonstrasi,kali ya!)gak ada yang mau temenan sama dia.

Eh! Tunggu dulu! Kalau aku berpikir seperti itu, berarti aku melanggar perjanjian nomor satu! Aku harus bisa ngobrol sama dia. Aku ketiduran di teras dan gak nyadar kalau Alberto datang dan membangunkanku.
”Ham! Kok tidur? Mimpiin siapa,nih?” suara Alberto mengagetkanku.
Aku diam saja,cuek bebek. Aku berpura-pura seperti orang tuli.
” Woi! Ada apa di belakang kamu?” seru Alberto lagi. Aku menengok ke arah belakang.DEG! Jantungku berdegup kencang.
” Aduh! Kamu ngagetin aku aja,deh! Beto,sebenarnya kamu mau bilang apa sih?” seruku
”Aduh! Hamid,ya! Udah jutaan kali dibilangin, jangan panggil Beto!” serunya.

Alberto kalau di tempat lamanya (Filipina) panggilnya Alberto sama teman-temannya. Tapi di sini, nama Alberto seakan udah dibuang ke tong sampah! Diganti nama panggilan Berto. Kok bukan ’Al’,sih? Soalnya banyak yang bernama dengan awalan ’Al’ di sekolah ini, misalnya Ali, Alberto, Alin, Aloy, Alan, Aliet BANYAK,deh! Biarpun begitu, masih banyak yang memanggilnya ’Al’ atau ’Alberto’.

Seakan gak mau dengerin, aku tetap saja memanggilnya Beto. Kata Kartika,kayak orang cadel aja! Aku sendiri gak tahu kenapa aku panggil Alberto dengan nama Beto. Dan aku gak tahu apa arti Beto. Balik lagi ke cerita tadi!
” Aku mau ngomong gini,kamu tahu kan rahasiaku?” tanya Alberto
Aku dan Alberto liat-liatan. Lagi main tebak-tebakan dengan hati.
” Ya! Namanya juga rahasia,jadi cuma kamu aja yang tahu!” kataku
” Tapi kamu tahu,kan kalau aku ini emang mengidap penyakit! Kamu liat aja pake mata kepala kamu sendiri...badanku kurus,mukaku agak pucet,aku keliatan capek,aku sering pingsan...”
”Stop,deh! Aku udah tahu!” seruku
”Aku khawatir,Mid! Soalnya aku takut....” serunya
” Apa? Hantu?” tebakku
” Aku mimpi kamu semalem! Buruk banget!” serunya
” Gimana,Beto eh Alberto? Ceritain... ayo dong!” pintaku dengan muka memelas
”Iya aku bakal cerita...ada orang baru di kelompok kita, Mid! Cowok anaknya, mukanya mirip-mirip orang Vietnam atau Kamboja, gitu! Awalnya itu dia manis, sama gak berbahayanya sama permen coklat. Suatu malem, pas di markas aku sakit dan tiduran di lantai. Pas aku bangun,aku nekat bangun malem-malem. Aku mergokin dia lagi makan. Dia tawarin,aku mau. Terus aku bilang, kalau kamu aku ajakin makan juga. Katanya gak perlu dipanggil,soalnya udah jadi menu makan malemnya.Dia nunjuk panci yang isinya potongan-potongan badan Hamid yang di- stew. Ya ,Tuhan... Hamid stew!!!” ceritanya panjang lebar.
“Ini artinya apa?” tanyaku
“ Artinya aku harus jadi sahabat kamu, dan menjaga kamu selalu dari bahaya. Untung cuma mimpi, kalau kamu beneran di-stew,gimana?”
“ Iya,ya, jadi mulai sekarang kita sahabatan!” seruku sambil mengaitkan kelingking tangan kanan masing-masing. Akhirnya kami sahabatan dan siap melewati perjalanan panjang menuju masa depan yang cerah.-MAL-

Membuat E.G.P

Yang ini panjang ceritanya! Sekalian proses penerimaan empat anggota baru. Hari ini pakai baju bebas, sekalian jaket kepanitiaan yang diberikan kepada kami kemarin pagi. Aku memakai jaket biru tua, Hamid memakai jaket hijau, dan Kartika memakai jaket putih. Kami menuju ruang rapat untuk rapat kepanitiaan. Setelah dilihat, kursi masih kosong semua, tak ada guru yang menjadi kepala panitia, yaitu Pak Nasrul.
“ Yang lain mana,ya...masak cuma kita bertiga,Al! Siriporn ke mana? Tan juga di mana?” seru Kartika.
“ Iya,nih kita udah nunggu!” timpal Hamid
“ Peace! Mendingan telepon mereka aja,pake HP kamu! Kartika, telepon Siriporn!” seruku
“ Iya,deh!” jawabnya. Ia mengeluarkan benda hitam itu dari tasnya yang biru. Terlihat gadis itu sibuk mencari nomor HP Siriporn. Ketemu! Tapi telepon itu tidak dijawab karena pulsanya ternyata habis!
“ Al, pinjem HP kamu dong! Pulsanya abis!” pintanya memelas
“ Iya,tapi aku telepon dia dulu,” kataku sambil menyerahkan benda berwarna setengah hitam setengah perak itu ke tangan gadis itu. Aku sibuk mencarinya dan meneleponnya.
” Halo,Siriporn ya! Ini Alberto,” sapaku memulai percakapan. telepon.
”Iya,ini saya! Ada apa, Al? Gak biasanya kamu nelepon ke aku!” kata suara gadis yang sangat kukenal
” Kartika mau ngomong sama kamu, tunggu bentar saya mau kasih HP-nya ke dia,nih!” kataku lalu menjatuhkan HP itu. HP itu terjatuh lepas dari tanganku. Benda itu meluncur dengan cepat seperti terbawa angin. Kartika buru-buru mengambilnya. Setelah diambil, lalu ia asyik bertelepon dengan Siriporn. Ditunggu lima menit... Siriporn sudah datang.
Wajahnya yang ceria, cocok dengan jaket kuning yang ia pakai. Karena panas, maka jaket itu ia lepas dan ia gantungkan di kursi.
”Halo!” sapanya pada kami semua.
”Halo! Kamu panitia EGP juga?” tanyaku
” Iya, baru tahu,Al?” tanyanya balik
” Aku baru tahu kamu anggota panitia EGP! Lantas, kenapa kemaren kamu gak dateng pas pertemuan pertama?” tanyaku
” Aku sedikit gak enak badan,sih!”
” Oh,kalau begitu rapatnya baru dimulai kalau paling tidak sepuluh orang di sini ada!” kataku
” Ya,udah ditungggu aja!” seru Kartika
“ Bosen! Kita nongkrong di sini sampai malam?”seru Hamid
“ Ya,enggak lah! Siapa bilang?” seru Kartika
“ Kita ngobrol aja,ya! Sambil makan keripik kentang!” usulku
“ Ah, jangan! Takut gemuk, kamu aja mentang-mentang badanmu kurus karena penyakitan!” seru Hamid
“ Eh! Jangan ngeledek!” timpal Kartika. Lalu kami ngobrol sampai ada delapan orang di ruangan (termasuk kita). Tiga dari empat orang lain itu rasanya asing di mata kami. Mata mereka yang rada-rada sipit (kecuali satu gadis yang rambutnya pendek, jelas-jelas Nazwa),memandang ke arah kami semua. Tiba-tiba Siriporn bertanya “ Kamu siapa? Kok muka kamu keliatannya kucel-kucel gitu!”
“ Mau tahu kenapa muka kita kucel-kucel gitu? Soalnya kita ada masalah, rasanya aku mau pingsan,deh!” kata gadis berambut panjang (kuntilanak,donk! Jangan-jangan Sadako muncul!)
“ Ayo kenalin aja! Namanya siapa?” seru Kartika
“ Takuut....” katanya
“ Gak usah takut! Gak bakal ada peluru nyasar!” hiburku. Akhirnya dia memperkenalkan dirinya. Namanya njelimet banget.
“ Kita harus panggil kamu apa?” tanya Hamid
“ Apa aja! Kalau mau nama yang manis, bisa dipanggil Cham,kok” katanya. Sepertinya dia baik. Ternyata kami sekali lagi salah menilai orang. Orang yang bermata rada-rada sipit belum tentu jahat,begitupun sebaliknya.
“Cowok yang badannya kecil itu siapa?” tanya Siriporn sambil menunjuk cowok yang ada di samping kanannya.
“Xin chao! “ sapa cowok itu tiba-tiba
“Sawatdeeka! “ balas Siriporn dalam bahasa Thai.Mereka kedengarannya menyapa dalam bahasa yang jelas-jelas gak nyambung! Emang!
“Kumusta ka na?” aku nyambungin lagi dalam bahasa Tagalog.
“ Stop,deh! Lama-lama kayak telepon gak nyambung!” seru Nazwa mendiamkan kami bertiga.
“K..kkamu orang Viii...etnam?”tanya Kartika tergagap
“Iya,tahu dari mana?” tanyanya
“ Dari salam yang kamu ucapin tadi! Kalau gak salah xin chao tadi bahasa Vietnam bukan? Nama kamu siapa?” tanyaku
“ Nama?” tanyanya bingung
“ Ah! Masak nama sendiri lupa!” timpal Kartika
“ Oh,iya. Kenalkan,namaku Dith Pran. Kamu cukup panggil aku Dith,” kata cowok tadi. Ia duduk sambil mengambil sedikit kerikil yang kebetulan ada di mangkok hiasan meja rapat yang panjang itu. Ia menumpahkannya lagi dari tangannya
“ Emangnya orang di tempat kamu suka melakukan hal itu?” tanya Siriporn
“ Tahu,deh!Ini bukan budaya khas Vietnam,tapi budaya khas orang lagi gak PD. Aku lagi gak PD,” katanya
“ Gak PD? Kenapa?”tanyaku
“Ya,amplop eh ya ampun Alberto! Kamu sendiri apa gak liat kalo badan aku ini kecil!” katanya.
“Udahlah,kamu emang diciptakan begini! Badanmu yang kecil juga menunjukkan ke-khasanmu sebagai penduduk asli. Kamu sebenarnya ganteng,lo! Tapi enggak kalo lagi stres!” kataku
“ Sekarang rapat dimulai!” kata Pak Nasrul yang baru datang. Semua bergegas duduk di kursi. Satu persatu anak diabsen. Ada enam orang yang tidak masuk rapat.
Tiba-tiba, Tan dan seorang gadis yang rambutnya diikat dibelakangnya masuk kelas.
“ Maaf, terlambat..” kata Tan
“ Terlambat? Kenapa?” tanya Pak Nasrul
“ Soalnya aku... kesiangan banget” katanya
“Udah! Lain kali jangan kesiangan lagi! DUDUK!” teriak Pak Nasrul
“ Iya!” kata Tan
Rapat pun dimulai...
“Emang ada anggota kepanitiaan baru,Pak?” tanya Kartika
“Iya,kita barusan rapat sama mereka berempat. Udah kenal mereka?” jawab Pak Nasrul
“ Baru dua orang,yang tinggi sama yang dikuncir belum kenalan” kata Kartika. Nadanya amat menyesal. Ia menunuk dua anak yang duduk di belakang.
“Perkenalkan diri anda! Yang di belakang!” seru Pak Nasrul. Dua anak itu maju juga. Gadis yang rambutnya diikat ternyata pemalu,lho! Serasa melihat makhluk aneh kalau melihat gadis itu. Beda dari kita-kita yang selalu ceria,percaya diri, semangat, dan lain-lain. Kalau dia,beda banget bak bunga ditengah daun-daun hijau.
“Nama saya Nop Phoung Malis,cukup panggil saya Nop” kata cowok yang setelah itu mengaku berasal dari Laos.
“Beneran,nih? Kamu benar-benar berasal dari sana?”tanya Hamid
“Ya,iya lah! Masak aku bohong,sih!” katanya. Mendengar percakapan itu semua anak tertawa.
“Nama saya Eithwe”kata si cewek malu-malu.
“Kamu berasal dari mana?”tanya Kartika.
“Hmm...”pikirnya
“Masak kampung halaman sendiri lupa?”tanyaku. Setelah kupaksa,ternyata ia berasal dari Myanmar alias Burma.
“Sekarang kita akan rapat komite! Alberto,kamu pimpin rapat!” seru Pak Nasrul.
“Baik,sekarang kita belum menentukan jenis drama kita.Kita mau drama apa?”tanyaku
“Horor aja!”usul Siriporn
“Ah! Takuut... mendingan perang,yang seru gitu!”usul Dith
“Mendingan action!” usul Tan
“Halah! Komedi aja,deh! Yang lucu!” usul Kartika
“Kalau ketawa bukannya bikin sakit perut? Tragedi aja,biar yang nonton nangis sepuasnya”usul Hamid.
“Ya udah,semua anggota kepanitiaan voting,ya!” kataku
“Siapa setuju horor?”tanyaku. Tidak ada yang menjawab.
“Perang?” tanyaku lagi. Lima anggota kepanitiaan tunjuk tangan.
“Action?”tanyaku lagi. Dua anggota tunjuk tangan.
“Komedi?”tanyaku lagi. Hampir semua anggota tunjuk tangan.
“Tragedi?” tanyaku sekali lagi. Tak ada yang tunjuk tangan.
“Sekarang,sudah ditentukan,ya KOMEDI!” kataku. Kita lokasinya di taman perumahan. Oke?”tanyaku
“Oke! Ikuti aku,ya!”himbau Kartika.
“Hei! Jangan cepat-cepat! Tunggu aku!” Siriporn yang paling belakang ,berteriak-teriak.
Sesampai di taman...
“Ah! Ini lebih cocok dijadikan setting nya film horor.” kata Siriporn.
“Kok?”tanya Kartika penasaran.
“Tempatnya gelap banget,sih! Nanti ketemu hantu,lagi!”seru Siriporn.
“Tapi kalau malam! Kamu jadi anak cewek percaya banget,sih sama hantu!”sindir Kartika
“Ya,sudah! Sekarang syuting dimulai!” seru Hamid sambil memegang handycam -nya.
Kami menjalankan syuting ini sebaik mungkin. Bagus banget hasilnya! Dapet teman baru lagi! –PH-








No comments: