Friday, September 7, 2007

PUISI

Sahabat di Dua Musim

Persahabatan yang indah,
Dapat terukir sepanjang tahun
Sebagai memori yang berharga
Bagi mereka

Saat matahari memancarkan sinarnya
Yang paling terang dan kuat
Kala sungai kering
Pohon-pohon menggugurkan daunnya
Mereka berlindung dari matahari
Yang menyengat tubuh mereka
Mereka tetap bersama

Di kala awan menutupi matahari
Mereka bertemu di tempat yang sama
Dan bermain-main seperti biasa
Sungguh sejuknya udara ini
Untuk bermain...
Tertawa....
Bercanda...
Dan berbahagia

Diwaktu hujan membasahi tanah
Udara mulai mendingin
Mereka tidak peduli itu
Mereka tetap berpayung melintas hujan
Yang turun semakin deras
Mereka berlari senang
Penuh rasa kasih sayang.

Disaat hujan berhenti...
Mereka melihat lengkungan besar
Yang berwarna-warni


Itulah PELANGI
Mereka menyebutnya pelangi cinta
Dan kasih sayang antara mereka berdua
Itulah yang dikatakan persahabatan

Jauh Darimu

Semalam aku bermimpi
Bertemu denganmu
Yang kutunggu-tunggu sejak dulu
Karena ku t’lah jauh darimu

Ingin rasaku memutar waktu
Membuat mimpiku jadi nyata
Tapi ku tak bisa
Mengetahui siapa dirimu

Aku mencari dirimu
Ternyata kamu sedang bersama
Dengan orang lain
Yang jelas tak sepertiku

Kutanya dirimu
Dapatkah kau melihat
Perbedaan antara aku,kau dan dia
Lebih baik kita jadi teman saja

Tetapi kau hanya menginginkan
Dirinya,bukan diriku
Hatiku pilu mendengarnya

Jauh darimu...
Membuatku hidupku tenang
Aku akan melayang
Sampai ke ujung dunia
‘tuk cari teman
Yang lebih baik darimu
Karena di dunia ini
Masih banyak orang lain
Yang bisa jadi temanku

Selamat Tinggal

Telah lama kita bersama
Suka duka kita jalani
Bahagianya kami semua

Terima kasih kami ucapkan
Atas bimbingan kalian semua
Yang sangat berguna bagi kami
Sebentar lagi kami ...
Akan menggantikan tempat kalian

Mengapa kita harus berpisah...
Apakah semua ini sudah berakhir
Kami harus bagaimana lagi

Selamat tinggal semua
Kami lambaikan tangan untukmu
Air mata keluar dari mata kami

Pesan kami...
Jaga diri baik-baik...
Raih bintang tanpa menyerah
Dan jangan lupakan kami semua
Simpanlah kami di dalam hatimu

Kami ucapkan...
Selamat tinggal....
Tetaplah doakan kami
Dan ingatlah kami
Seumur hidupmu
Kita pasti akan bertemu lagi
Kembali lagi seperti yang dulu.





Keberatan

Aku sungguh keberatan
Meninggalkan rumahku yang tercinta
Dengan langkah gontai

Selamat tinggal Ayah,Ibu
semua sanak saudaraku,
Kawan-kawanku yang kucinta
Selamat tinggal pohon-pohon,
Gedung-gedung, burung-burung
Ikan-ikan, rumah-rumah,
Selamat tinggal rumahku

Air mata mengucur dipipiku
Bagai sungai kecil yang mengalir deras
Didalam pelukan kalian
Aku keberatan untuk meninggalkan
Kalian yang kusayangi...
Kuhormati....
Kucintai.....

Sekarang kuakan pergi ke luar
Karena dunia ini...
Tidak berhenti sampai di sini
Tetapi aku takkan pernah bisa
Melupakan rumahku ini
Yang nyaman ,aman
Damai, makmur, sentosa

Di jendela kulambaikan tangan
Masih dengan penuh airmata
Dan jantung berdetak-detak.
Aku takkan membuat kalian kecewa
Selamat tinggal rumahku




Untuk Sahabat Kecil

Dari kecil sampai dewasa...
Kita sudah lama berhubungan baik
Tetapi kau tidak mau tahu
Kalau aku adalah mutiara
Yang sangat berharga bagimu

Kita sudah berjanji...
Tak’kan membuat masalah lagi
Tetapi kau lupakan janji itu
Kau malah menyiksa kawanku
Merebut apa yang jadi milikku

Sahabat kecil...
Apakah kita akan berpisah?
Kawan-kawan yang lain meminta
Agar kita berpisah saja
Biar kau pergi ke seberang...
Dan aku masih di sini

Kita sudah berkumpul...
Berunding...berembuk
Membuat janji....
Itu semua kami lakukan untukmu
Dengan segenap perjuangan.

Sahabat kecil...
Apa yang terjadi denganmu?
Kenapa kamu tidak hargai aku?
Aku sudah menghargaimu.
Tapi apakah balasmu...

Sadarkah kalau kita sederajat?
Sadarkah kalau kita satu kawasan?
Sadarkah kalau kita semua sama?

Maafkanlah diriku, sahabat...
Karena aku bukan lagi yang dulu
Kuharap kau juga meminta maaf
Atas segala kesalahan yang kau buat

Cinta Damai

Lihatlah, pasangan-pasangan itu!
Mereka melangkah beriring-iring
Menuju tujuan yang sama
Mereka membawa bendera
dan dikibarkan sepanjang jalan

Tangan sang pemimpin
Memegang selembar kain
dan tertulis jelas di atasnya
Kami ingin perdamaian

Aku ingin menjadi bagian...
Tetapi aku harus tetap di sini
Sendiri, tiada kawan
Aku merasa terpenjarakan
Di rumah yang besar ini

Aku memang bisa mengabulkan
Permohonan mereka semua
Aku bukanlah seorang peri
Tetapi aku hanyalah manusia
Yang ada batasnya

Aku pasti bisa mengabulkannya
Bersama kawan-kawanku...
Ketika aku telah bebas
Aku katakan aku bisaKarena aku cinta damai



Kehilangan


Angin meniupkan daun-daun
Lalu berguguran satu persatu
Angin mengibaskan rambutku
dan pakaianku.

Air mata mengalir...
Tetapi dikeringkan angin
Begitu pula dengan mereka
yang hilang satu persatu

Biarpun mereka menghilang
Tetapi aku bisa menjadi mereka
Seperti mereka
Aku akan berjuang hanya
Untuk mereka.

No comments: